TEMA-Persona: Shoim Anwar atau yang bernama lengkap Mohammad Shoim Anwar merupakan cerpenis Jawa Timur. Shoim Anwar dilahirkan di desa Sambong Dukuh, Jombang, Jawa Timur tanggal 16 Mei 1963. Ayahnya bernama Anwar (almarhum), seorang wiraswasta, yang bertempat tinggal di Jombang, beragama Islam, dan bersuku Jawa. Sementara ibunya bernama Tianah, ibu rumah tangga, yang tinggal di Jombang, dan bersuku Jawa. Shoim Anwar terlahir sebagai anak kelima dari tujuh bersaudara.
Shoim banyak menulis cerpen, novel, esei, dan puisi di berbagai media. Cerpen-cerpennya dimuat dalam antologi berbahasa Indonesia, Inggris, dan Prancis, seperti Cerita Pendek dari Surabaya (editor Suripan Sadi Hutomo), Negeri Bayang-bayang (editor D. Zawawi Imron, dkk.), Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia (editor Korrie Layun Rampan), Dari Fansuri ke Handayani (editor Taufiq Ismail, dkk.), Horison Sastra Indonesia (editor Taufiq Isamail, dkk), Black Forest (kurator Budi Darma), New York After Midnight (editor Satyagraha Hoerip), Beyond the Horizon (editor David T. Hill), Le Vieux Ficus et Autres Nouvelles (editor Laura Lampach), dll.
Saat masih kecil, Shoim Anwar—lazimnya anak desa— bercita-cita menjadi juru tulis di kantor. Ia menem-puh pendidikan sekolah dasar (SD) di Jombang hingga tamat tahun 1978. Selanjutnya, ia belajar ke sekolah menengah pertama (SMP) dan tamat pada tahun 1981. Ketika SMP, ia berada di pesantren. Situasi lingkungan seperti pesantren membuat ia semakin gemar menulis.
Pendidikan SMA ditempuh di sekolah pendidikan guru (SPG) dan lulus tahun 1984. Dia kemudian melanjutkan kuliah di IKIP Surabaya (Unesa), mengambil program S1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra, dan lulus pada tahun 1989. Selanjutnya, ia mendapat beasiswa dari Unesa untuk melanjutkan kuliah pascasarjana, dan diwisuda pada tanggal 17 April 2004. Tesisnya berjudul “Soeharto Sebagai Sumber Inspirasi Penciptaan Cerita Pendek Indonesia”. Sekarang, Shoim bekerja sebagai guru di beberapa sekolah dan dosen di perguruan tinggi swasta.
Shoim Anwar menikah dengan Setyowati, seorang guru SMP Negeri 20 Surabaya, pada tanggal 8 November 1990. Sejak tahun 1984 M. Shoim Anwar telah mengajar sekolah dasar di Jombang, dan sampai sekarang ia tetap mencintai profesi sebagai seorang pendidik. Selain menulis cerita, M. Shoim Anwar mempunyai kegemaran melukis dan memelihara burung. Di rumahnya, ada beberapa hasil lukisan Shoim Anwar terpampang di dinding. Kegemaran memelihara burung juga mengilhami ia menulis cerita pendek berjudul “Sang Guru dan Perkutut”, meskipun menurutnya cerpen itu tertulis sebelum ia memiliki hobi memelihara burung perkutut.
Selain terlibat di dunia pendidikan, Shoim juga menggeluti kebudayaan. Ia sangat aktif dalam menggeluti dunia seni dan budaya. Pada tahun 2004, ia mendapat kepercayaan dari pemerintah Provinsi Jawa Timur sebagai ketua PSN (Pertemuan Sastrawan Nusantara), yang kebetulan pelaksanaannya di Surabaya, tanggal 27—30 September 2004. Karier Shoim Anwar di bidang tulis menulis berawal dari surat kabar Surabaya Post.
Sosok Shoim Anwar yang berkaitan dengan kegiatan kreatif dibuktikan dengan terpilihnya cerpen-cerpennya dalam beberapa sayembara mengarang atau menulis cerpen tingkat nasional. Selain itu, Shoim tidak pernah melewatkan kesempatan itu. Tiga kali berturut-turut menjadi juara pada lomba menulis cerpen dan esai, di antaranya tiga kali berturut-turut menjadi juara pada lomba penulisan cepen yang diadakan Dewan Kesenian Surabaya (1988, 1989, dan 1990) yaitu cerpen berjudul “Brundy Drummond” (1988) yang diikutsertakan pada pameran kebudayaan Indonesia di Amerika Serikat (KIAS 1990—1991); “Laki-laki Bercelurit” (1989), dan “Cerpen Musim Gugur” (1990). Tahun 2000 sampai dengan 2003 cerpen-cerpennya juga menjuarai tingkat nasional, yaitu mendapat hadiah dari Departemen Pendidikan Nasional. Cerpen yang mendapat hadiah tersebut berjudul “Para Pedansa”, “Dia Bukan Anakku”, “Laboratorium Tikus”, dan “Di Tengah Kemarau”.
Sastrawan Zawawi Imron mengatakan bahwa membaca cerpen-cerpen Shoim Anwar, sebuah peristiwa yang remeh tiba-tiba menjadi hidup dan menarik karena ketepatan ia memilih kata-kata dan kemudian menyusunnya menjadi kalimat-kalimat yang hidup. Cerpen-cerpen M. Shoim Anwar juga tampak menyuarakan masalah kritik sosial adalah hal yang wajar. Karena Shoim Anwar memang hidup di era orde baru yang sarat bersentuhan dengan masalah sosial, politik, ekonomi, moral, dan sebagainya.
Buku kumpulan cerpen Shoim yang telah terbit adalah Oknum (1992), Musyawarah Para Bajingan (1993), Limau Walikota (ed.,1993), Pot dalam Otak Kepala Desa (1995), Bermula dari Tambi (ed.,1999), Soeharto dalam Cerpen Indonesia (ed., 2001), Sebiji Pisang dalam Perut Jenazah (2004), Perempuan Terakhir (2004), Asap Rokok di Jilbab Santi (2010), dan kumpulan drama Theatrum – Malam Terakhir (ed.,2013). Novelnya yang pernah dipublikasikan Meniti Kereta Waktu (1999), Sang Pelancong (1991), Angin Kemarau (1992), Tandes (1999), serta Elies (2006). Buku lain yang ditulisnya adalah Sejarah Sastra Indonesia (2012), Sastra Lama (2013), dan Sastra Rebonding (2013), Sastra yang Menuntut Perubahan (2014). (Ara/Bsa)