Puisi
31 Oct 2024
3 menit baca
3 views

Gelaran Rindu; Puisi-Puisi M. Hari Nurdi

newsportal

31 October 2024

Bagikan:
Gelaran Rindu; Puisi-Puisi M. Hari Nurdi

DI GELAPNYA MALAM

Di gelapnya malam dan lampu-lampu padam. Makin meruap harum tubuhmu. Mencipta rindu yang lama diperam lubuk hatiku. Tak ada bulan dan diri makin sendirian. Angin menampar dingin. Hujan menggigil musim. Tapi harum tangan, lengan, dan lehermu masih melekat di hidungku. Mencipta rindu yang lama diperam lubuk hatiku. Mencipta sepi yang semakin berani mengiris hati. Rindu dan sepiku, Melati..

Sumenep, 2024

BUNGA-BUNGA YANG KAMI MILIKI

Bunga-bunga yang kami miliki adalah bunga-bunga yang melompat dari hati. Yang membawa harum dada dan wangi melati. Bunga-bunga yang selalu ceria walau tersapa duka. Bunga-bunga yang mengerti patah hati. Mampu membuat puisi dari air matanya sendiri.

Bunga-bunga yang kami miliki adalah bunga-bunga yang dibesarkan rindu. Yang tak menolak sepi dan tak mengeluh tentang waktu. Tentang kenang yang selalu membawa masa lalu.

Sumenep, 2024

DI GELANGGANG

Bahkan di antara hiruk pikuk pertandingan mengingatmu tetap mengasikkan. Sepi di keramaian. Asing di kerumunan. Sulur-sulur yang merambati kenang adalah rindu yang mendebarkan. Kau hanya perlu memejamkan mata.  Membiarkan genang di matamu tumpah mengaliri sudut senyummu, Melati.

Sumenep, 2024

SAMA SAJA

Di sebuah plaza di dalam kafe. Sama saja. Sama-sama bercerita tentang sebuah peristiwa tempat aku dan kau meletakkan kenangan lalu diam-diam melupakan. Padahal ketika angin barat datang, senyummu berkibar-kibar. Kerudungmu merah berani. Seperti lipgloss yang bercahaya di bibir cantikmu. Lalu aku semakin ciut. Persis sama ketika sepasang mata bertatapan.

Setelah sebuah tangan gemetaran mengusap sebutir noda di bibirmu, Melati. Ah, rinduku padamu menusuk-nusuk malam. Menusuk-nusuk bulan. Aku berdarah ditikam kenangan.

Sumenep, 2024

HATI PEREMPUAN

Sebagaimana samudera. Hati seorang perempuan berupa ruang-ruang yang dalam dan penuh rahasia. Bukan hanya kenangan. Luka dan cinta betah berlama-lama di dalamnya. Jadi kupaham. Mengapa matamu menyorotkan dendam sekaligus redam. Jadi ku ngerti. Mengapa rindumu timbul tenggelam, Melati.

Sumenep, 2024

AKU DAN RINDU

Aku dan rindu berbatas kopi. Aku dan kamu berbatas sepi. Malam sudah bersih-bersih. Sementara kita masih belum terjaga. Dari kenang yang tiba-tiba mengetuk dada.  Ssst. Biar mata kita saja yang bergenggaman. Mencari  rasa di sisa malam. Melati..

Sumenep, 2024

JOGJA YANG ISTIMEWA

 Selalu ada yang istimewa di Jogja. Goa garba dan candi-candi pertanda kemegahan nusantara. Riuh pasar dan dendang gamelan bersahutan di bangsal pelataran. Ada juga deru bentor bercampur lagu pengamen jalanan di sepanjang malam.

Ada yang istimewa di Jogja. Saat bulan tertutup awan. Lalu gerimis turun perlahan. Menyapa kepala, dada, dan rasa. Meredam rindu yang sedari kemarin panas di mata. Melati..

Sumenep, 2024

Penulis:

M. HARI NURDI, guru Bahasa Indonesia sekaligus pegiat literasi di SMAN 1 Sumenep. Selain di buku-buku antologi bersama, jejak puisi-puisinya bertebaran di sosial media dengan nama yang sama. Ia populer dengan puisi dengan diksi “melati” yang begitu kental akan nafas rindu yang berpilin mesra dengan elan kehidupan.

newsportal

Penulis di Temalitera

Artikel Terkait

Yang Tak Terduga
Cerpen
18 Nov 2024

Yang Tak Terduga

Melihat hal yang jelas dan melakukan hal yang diharapkan adalah hal yang sederhana. Kecenderungan kehidupan...

Tinggalkan Komentar

Panduan Berkomentar:

  • Gunakan bahasa yang sopan dan santun
  • Hindari komentar yang mengandung SARA
  • Email Anda tidak akan dipublikasikan
  • Komentar dengan link spam akan dihapus